MELLY
KIONG
MENYENTUH
HAL YANG BIASA MENJADI LUAR BIASA
“Tidak
ada rotan akarpun jadi” suatu kiasan yang telah terterima secara umum untuk
menggambarkan suatu usaha menggapai sesuatu yang diinginkan, karena sarana ideal yang diperlukan tidak
tersedia maka usaha dilakukan dengan menggunakan sarana yang sederhana ataupun
yang ada. Tapi tidak demikian halnya dengan Melly Kiong, seorang yang mengaku
hanya lulusan SMA, dapat menggunakan “akar”, sesuatu yang sederhana, untuk
menjadi “rotan”, sesuatu yang besar, dalam ranngka mempersiapkan generasi Emas
Indonesia di tahun 2045. Suatu paparan pengalaman pribadi yang dipaparkan
pada seminar parenting pada perayaan 10 Tahun Lembaga PAUD PELITA NUSANTARA Kudus tanggal 19 Januari 2014
di Auditorium Universitas Muria Kudus.
Menyimak
muatan materi yang dibawakan tercermin adanya semangat membuat perubahan
terhadap stereotype orang tua pada
umumnya dalam melakukan pengasuhan terhadap putra putrinya, yakni memberi
perlakuan terhadap anak untuk menjadi orang sebagaimana yang dikehendaki orang
tua dengan tanpa melibatkan atau memperhatikan anak. Artinya, anak yang sedang
dalam proses tumbuh kembang memerlukan adanya pemenuhan kebutuhan yang sangat
mendasar dari orang tuanya seperti kasih sayang, kehangatan, perasaan aman dan
nyaman, pengakuan, perasaan diterima. Suatu kebutuhan yang pada hakikatnya juga
dibutuhkan oleh para orang tua dari lingkungannya. Kecenderungan orang tua lupa
memberikan kebutuhan-kebutuhan tersebut, sehingga dinyatakan bahwa orang tua kini
tidak menjadi idola bagi anak-anaknya karena perlakuan yang diberikan tidak menyenangkan. Rumah
bukan tempat yang aman dan nyaman, karena iklim keluarga yang tidak
mengenakkan, banyak tuntutan dan penghakiman terhadap kekurangan anak,
akibatnya banyak anak yang mencari ketenangan dan kenyamanan di luar. Menghadapi
realita yang demikian ditawarkan alternatif solusi bagi para orang tua,
bahwasanya orang tua perlu mendengar dengan hati, tidak hanya mengedepankan apa
yang dipikirkan, orang tua perlu bicara dengan empati, tidak egois, tidak serta
merta menghakimi atas kesalahan anak, berani mengakui kesalahan kalau memang
ternyata yang dilakukan orang tua terhadap anak salah. Contoh perlakuan
sederhana yang mendidik diberikan sewaktu anak meminta orang tua untuk membukakan
bungkus permen. Orang tua perlu menunjukkan cara membuka, mengajarinya, dan
memberikan pujian kepada anak atas keberhasilan anak. Jika pada kesempatan
selanjutnya anak masih belum bisa melakukan apa yang diajarkan, orang tua
disarankan tidak cepat marah, tetapi memberikan penjelasan, suatu yang belum
menjadi kebiasaan orang tua pada umumnya. Contoh pengakuan dan penghargaan atas
karya anak beliau tunjukkan lewat pendokumentasian hadiah yang diterima dari anaknya.
Sedangkan bentuk perhatian yang paling sederhana dan sekaligus pengakuan salah
dituliskan dalam “Mocil” (memo kecil) untuk anak-anaknya. Dan untuk memotivasi
anak berprestasi beliau menjanjikan suatu pemberian tertentu jika syaratnya
dapat dipenuhi oleh anak.
Apa
yang ditawarkan Bu Melly sejatinya bukan sesuatu yang aneh, akan tetapi cara
yang ditunjukkan itulah yang menjadikan kunci yang menarik dan sekaligus
pembeda dari cara-cara pada umumnya yang dilakukan oleh para orang tua. Maka
harapan beliau akan tumbuhnya Melly-Melly yang lain dalam memberikan pengasuhan
terhadap anak sebagai generasi masa depan patut mendapat dukungan dari semua
orang tua. Walaupun apa yang ditawarkan dinyatakan berdasarkan pengalaman dalam
mengasuh anak-anaknya, tidak berdasarkan teori, tetapi sejatinya jika dikaitkan dengan teori bisa saja masuk
dalam kategori teori motivasi, stimulus – respons, reward and punishment, dan
lainnya.
Sebagai
pemenuhan terhadap permintaan beliau atas apa yang disampaikan, dapat
disampaikan disini bahwa nampaknya beliau ini masih single fighter, karena itu kiranya perlu tim penyempurna atas
gagasan dan pengalaman beliau dalam parenting, sehingga dalam memberikan
jawaban atas pertanyaan orang tua yang
anaknya berani melanggar peraturan karena takut tidak diakui teman-teman dalam
kelompok tertentu, tidak hanya menyarankan orang tua untuk tegas dalam
menjelaskan sesuatu yang tidak boleh kepada anaknya, tetapi seharusnya juga
menyoal tentang apa yang diperoleh anak dalam kelompoknya itu, yang hal itu
tidak diperoleh dalam keluarga, atau konskekuensi dari tidak diakuinya anak
tersebut dari kelompoknya. Kemudian pada pemberian hadiah kepada anak jika
dapat memenuhi syarat yang ditentukan, muncul adanya kekhawatiran bahwa anak
melakukan sesuatu hanya karena hadiah, jika tidak ada hadiah anak tidak berbuat
sebagaimana kalau ada hadiah yang dijanjikan. Dalam hal ini tidak salah tetapi
ada yang kurang, yakni belum nampak adanya upaya yang mengarah pada dapat
tumbuhnya tindakan positif pada anak walau tidak ada hadiah. Secara teori apa
yang dilakukan Bu Melly masuk pada ranah pemberian motivasi ekstrinsik,
sementara yang lebih memiliki daya
banting adalah motivasi intrinsik, suatu dorongan melakukan tindakan berasal
dari dalam diri sendiri. Terlepas dari kekurangan yang ada apa yang disajikan Bu Melly: “Hebat”.
0 komentar:
Posting Komentar